Rabu, 28 Maret 2012

Makalah Paradigma dan Perkembangan Munculnya Tasawuf

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………..        (i)
DAFTAR ISI……………………………………………………….    (ii)
BAB I  PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ……………………………………………        1
B.    Rumusan Masalah…………………………………………        1
BAB III PEMBAHASAN
A.    Pengertian  Ilmu Kalam ………………...…………………        2
B.    Pengertian Ilmu Filsafat……………………………………        3
C.    Model-model Penelitian dengan Pendekatan Ilmu Kalam…        5
D.    Model-model Penelitian dengan Pendekatan Ilmu Filsafat……………………………………………………..        9
BAB IV PENUTUP
A.    Kesimpulan………………………………………………..        12
DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Tasawuf merupakan ilmu yang berhubungan dengan hati nurani seseorang.  Dimana dalam hati tersebut terdapat kesadaran diri akan keberadaan Tuhan yang dekat dengannya.
Pada masa Nabi Muhammad dan khulafaur Rasyidin ra,. Sebutan tasawuf tidak pernah dikenal. Istilah tasawuf  baru dipakai pada abad II Hijriyah. Orang-orang tasawuf disebut dengan istilah sufi. Lambat laun tasawuf dikenal dunia dan dijadikan salah satu disiplin ilmu.
Ummat manusia mengetahui adanya tasawuf dengan berbagai tahap, yaitu tahap-tahap historis munculnya tasawuf. Oleh karena itu kami menuliskan uraian singkat sejarah munculnya tasawuf yang bertujuan untuk menambah wawasan kita tentang sejarah munculnya ilmu tasawuf.
B.    RUMUSAN MASALAH
1.    Apakah yang dimaksud dengan tasawuf ?
2.    Bagaimana proses sejarah adanya tasawuf dan siapakah tokoh pertama yang menggunakan istilah tasawuf ?





BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN TASAWUF
Para ahli memiliki perbedaan pendapat tentang pengertian tasawuf. Sebagian menyatakan berasal dari “shuffah” artinya serambi masjid Nabawi yang didiami oleh sebagian sahabat Anshar. Adapula yang mengatakan berasal dari “shafa” artinya bersih/jernih. Yang terakhir ada yang mengatakan dari bahasa Yunani “theosofi” artinya ilmu ketuhanan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa letak perbedaan tersebut adalah berada pada perbeaan tinjauan, yaitu sudut cara, pakaian, dan hasil serta hubungan antara Sang Khalik dan Makhluk.
Menurut Ma’ruf –Karkhy tasawuf  adalah mancari yang hakikat dan putus asa terhadap apa yang ada di makhluk. Barangsiapa yang belum bersungguh-sungguh dengan kefakiran, maka berarti belum bersungguh-sungguh dalam bertasawuf.
B.    SEJARAH  MUNCULNYA TASAWUF
Pada masa Nabi Muhammad dan khulafaur Rasyidin ra,. Sebutan tasawuf tidak pernah dikenal. Istilah tasawuf  baru dipakai pada abad II Hijriyah, dan pertama kali oleh Abu Hasyim al-Kufy (W 250 H) dengan meletakkan ash-shufi dibelakang namanya, meskipun sebelum itu ada ahli yang mendahuluinya dalam zuhud, wara’, tawakal, dan dalam mahabbah yaitu para sahabat dan tabi’in.
Perkembangan tasawuf memiliki historis tersendiri yaitu melalui masa pembentukan, pengembangan, konsolidasi, pemurnian. Dalam sejarah perkembangan tasawuf Ibn al-Jauzi dan Ibn Khaldun berpendapat bahwa kehidupan kerohanian dalam Islam adalah zuhud dan  tasawuf.  Istilah yang digunakan pada masa Nabi Muhammad adalah Shahabat sebagai panggilan kehormatan bagi pengikut beliau. Mereka adalah orang-orang yang terhindar dari sikap syirik, selalu mendengar dan meresapi Al-Qur’an. Ketika Islam berkembang dan banyak orang yang memeluk Islam dan terjadi perkembangan strata social, maka mncul istilah baru di kalangan sahabat yakni Qurra’ (ahli membaca Al-Qur’an). Kemudian masa khalifah keempat, muncul istilah Mu’tazilah sebagai pertanda bagi orang yang menghindarkan diri dari pertikaian antara Ali dan lawan-lawannya. Mereka berada dirumahnya untuk berkonsentrasi menjalankan ibadah.
Sejarah Islam ditandai dengan peristiwa tragis yakni pembunuhan Ustman Ibn Affan ra,. Dari peristiwa tersebut berantai terjadi kekacauan dan kerusakan akhlak. Hal tersebut menyebabkan sahabat-sahabat yang masih ada, dan pemuka-pemuka Islam yang mau berfikir, berikhtiar, membqangkitkan kembali ajaran Islam, kembali beri’tikaf dimasjid, mendalami keindahan zuhud dsb. Inilah benih tasawuf yang paling awal.
Dalam masa pembentukan, muncul Hasan Basri pada abad I dengan ajaran Khauf, mempertebal takut kepada Tuhan. Begitu pula tampilnya guru-guru yang lain, yang dinamakan qari’ , mengadakan gerakan-gerakan memperbaharui hidup kerohanian dikalanagan kaum Muslimin. Sebenarnya pada masa tersebut bibit tasawuf sudah ada. Garis-garis besar menngenai thariq atau jalan beribadah sudah kelihatan disusun, dalam ajaran-ajaran yang dikemukakan sudah mulai dianjurkan mengurangi makan, menjauhkan diri dari keramaian duniawi, mencela dunia seperti harta dan kedudukan. Pada akhir abad I Hijriyah, Hasan Basri diikuti oleh Rabi’ah Adawiyah (w 185 H), seorang sufi wanita yang terkenal dengan ajaran cintanya (hub al-ilah). Abu al-Wafa menyimpulkan zuhud Islam pada abad ini memiliki karakter tersendiri yaitu motif zuhudnya ialah rasa takut yang muncul dari landasan keagamaan secara sungguh-sungguh.
Dalam masa pengembangan, Tasawuf pada abad III dan IV H sudah mempunyai corak yang berbeda dengan tasawuf sebelumnya. Pada abad ini tasawuf sudah bercorak ke-fana’an yang menjurus ke persatuan hamba dengan Khalik. Dimana memiliki corak bersatu dengan kecintaan, kekal dengan Tuhan, menyaksikan Tuhan, bertemu dengan-Nya dan menjadik satu dengan-Nya, seperti yang dikemukakan  Abu Yazid al-Busthami (261H). Dia adalah seorang sufi dari yang pertama kali mempergunakan istilah fana’ (lebur atau hancurnya perasaan) sehingga dia disebut sebagai peletak batu pertama dalam aliran ini.
    Pada abad V H tasawuf mengadakan konsolidasi. Pada masa ini ditandai kompetisi dan pertarungan antara tasawuf “ semi falsafi” dengan tasawuf “sunni”. Tasawuf sunni memenangkan pertarungan dan berkembang sedemikian rupa. Sedangkan tasawuf semi falsafi tenggelam. Kemenangan tasawuf sunni ini dikarenakan menangnya teologi Ahl Sunnah wa al-Jama’ah yang dipelopori oleh Abu al-Hasan al-Asy’ary (324H), yang mengadakan kritik pedas tergadap teori Abu Yazid Al-Buzthamy dan al-Hallaj, sebagaimana yang dianggap bertentangan dengan kaidah dan akidah Islam. Oleh karena itu tasawuf pada abad tersebutcenderung mengadakan pembaharuan/konsolidasi yaitu pemantapan dan pengembalian tasawuf  dalam landasan utamanya yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadist. Tokoh-tokohnya ialah al-Qusyairi (376-465H), al-Harawi (196H), dan al-Ghazali (505H). Pada abad VI dan dilanjutkan abad VII H, muncul cikal-bakal orde-orde (tarekat) sufi kenamaan. Hingga dewasa ini, pondok-pondok tersebut merupakan oase-oase tengah-tengah gurun pasir kehidupan duniawi. Kemudian tibalah saat mereka berjalan dalam suatu kekerabatan para sufi yang tersebar luas, yang menyangkut yang seorang guru dan menerapkan disiplin dan ritus yang lazim. Tarekat yang lahir dan berkembang sampai saat ini, diantaranya adalah Tarekat Qadariyah yang dikaitkan kepada Abd.Qadir al-Jailani (471-561 H), Tarekat Suhrawardiyah yang dicetuskan Syihabu al-Din Umar ibn Abdillah al-Suhrawardy (539-631 H), Tarekat Rifa’iyah yang dikaitkan kepada Ahmad Rifa’I (512 H), Tarekat Syadziliyah yang dikaitkan kepada Abu Hasan al-Syadzily (592-656 H), Tarekat Badawiyah yang dikaitkan pada ahmad al-Badawy (596-675 H), Tarekat Naqsyabandiyah dikaitkan kepada Muhammad ibn Baha-u al-Din al-Uwaisi al-Bukhory (717-791 H).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar